Liputan6.com, Jakarta Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai pribadi yang luhur, jujur, dan terpercaya jauh sebelum beliau menerima wahyu sebagai utusan Allah SWT. Di tengah masyarakat Quraisy yang masih dipenuhi praktik jahiliyah, Rasulullah tampil sebagai sosok pemersatu dan panutan dalam berbagai persoalan. Karakter beliau yang istimewa membuat masyarakat memberinya gelar istimewa, Al-Amin.
Gelar Al-Amin artinya bukan sekadar simbol penghargaan, tetapi menjadi bukti pengakuan masyarakat Makkah terhadap kejujuran dan integritas Nabi Muhammad SAW sejak masa muda. Kepercayaan itu bukan muncul secara tiba-tiba, melainkan melalui interaksi sosial, praktik dagang, hingga keterlibatan beliau dalam memediasi konflik di antara para pembesar Quraisy.
Dalam artikel ini, Liputan6.com akan membahas secara mendalam Al-Amin artinya apa, sejarah pemberiannya, serta gelar-gelar lain yang disematkan kepada Rasulullah berdasarkan karakter dan peran beliau yang agung, Rabu (9/7/2025).
Usai puncak haji, banyak jemaah yang berziarah mengunjungi Jabal Nur dan Gua Hira tempat dimana Rasulullah SAW menerima wahyu pertamanya
Arti Al-Amin
Secara bahasa, Al-Amin (ٱلْأَمِين) berasal dari akar kata Arab A-M-N (أ-م-ن) yang berarti aman, selamat, atau terpercaya. Dalam bahasa Inggris, Al-Amin diterjemahkan sebagai “The Trustworthy”, “The Reliable”, atau “The Honest”. Gelar ini mencerminkan seseorang yang memiliki kepribadian dapat dipercaya, amanah, dan memiliki integritas tinggi.
Mengutip Wisdomlib.org, Al-Amin adalah nama kehormatan yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW oleh masyarakat Makkah bahkan sebelum beliau diangkat menjadi nabi. Mereka mengenal beliau sebagai pribadi yang tidak pernah berdusta, tidak pernah khianat, dan selalu adil dalam bersikap. Oleh karena itu, Al-Amin menjadi semacam "brand personality" yang melekat kuat dan dikenal luas oleh seluruh kalangan.
Menurut Hamka dalam bukunya Fakta dan Khayal, Al-Amin berarti “orang yang sangat dipercayai”. Gelar ini bukan hanya dikenal oleh satu golongan saja, melainkan diterima secara kolektif oleh semua kabilah di Makkah. Maka tidak heran bila gelar ini menjadi modal awal kepercayaan publik terhadap Nabi dalam mengemban risalah Islam.
Sejarah Gelar Al-Amin Rasulullah
Gelar Al-Amin disematkan kepada Nabi Muhammad SAW sejak beliau masih remaja. Dalam Seni Kepemimpinan ala Nabi karya Muhammad Wildan Aulia, dijelaskan bahwa Rasulullah SAW telah dipercaya oleh banyak pedagang Arab yang menitipkan dagangan mereka kepada beliau ketika bepergian. Hal ini menunjukkan tingginya rasa aman masyarakat terhadap kejujuran dan amanah beliau.
Puncak penetapan gelar Al-Amin terjadi saat peristiwa peletakan Hajar Aswad. Dalam buku Mengenal Sejarah Nabi Muhammad SAW oleh Muhammad Ridwan Ibnu Suwarna, disebutkan bahwa pada usia 35 tahun, Nabi Muhammad diminta menyelesaikan perselisihan antara kabilah Quraisy tentang siapa yang paling berhak meletakkan kembali batu Hajar Aswad saat pembangunan ulang Ka'bah setelah banjir besar.
Dengan kebijaksanaan yang luar biasa, beliau mengusulkan agar Hajar Aswad diletakkan di atas sehelai kain, kemudian seluruh pemuka kabilah bersama-sama mengangkatnya. Setelah tiba di tempatnya, Nabi Muhammad sendiri yang meletakkan batu tersebut ke posisi semula. Cara ini dianggap adil oleh semua pihak dan mencegah pertumpahan darah.
Sejak saat itu, masyarakat Makkah semakin mempercayai Nabi Muhammad SAW dan gelar Al-Amin semakin melekat kuat. Mereka berkata, "Rodiinaa bi Amin" yang berarti "Kami ridha dengan keputusan Al-Amin." Peristiwa ini menjadikan gelar tersebut sebagai simbol kebijaksanaan, keadilan, dan kepercayaan publik yang tinggi.
Gelar Lain Nabi Muhammad SAW
Selain Al-Amin, Nabi Muhammad SAW memiliki banyak nama dan gelar lain yang menunjukkan sifat dan perannya. Dalam Kelengkapan Tarikh Rasulullah karya Ibnu Qayyim al-Jauziyah, nama-nama Rasulullah bukan sekadar panggilan, tetapi juga gambaran karakter dan tugas beliau.
Sebagaimana disebut dalam Hadits Shahih Bukhari, Rasulullah SAW bersabda:
"Aku memiliki lima nama: aku adalah Muhammad, Ahmad, Al-Mahiy (penghapus kekafiran), Al-Hasyir (penghimpun manusia), dan Al-Aqib (penutup nabi).” (HR. Bukhari)
Berikut ini beberapa gelar Rasulullah yang disebut dalam berbagai kitab dan hadits:
- Al-Hasyir (Pembangkit)
- Al-Aqib (Nabi penutup)
- al-Muttawakkil (Orang yang berserah diri kepada Allah)
- Al-Mahiy (Penghapus)
- Al-Malhamah (Peperangan dan penaklukkan)
- Al-Fatih (Sang penakluk)
- Al-Basyir (Pembawa kabar gembira)
- Adh-Dhahuk (yang sering ketawa)
- Al-Qasim (Bapaknya Qasim)
- As-Siraj (Lampu)
- Al-Munir (yang bersinar)
- Rasulullah (Utusan Allah)
- Nabiyullah (Nabi Allah)
- Abdullah (Hamba Allah)
- Asy-Syahid (Saksi)
- Al-Mubasyir (Pembawa kabar gembira)
- An-Nadzir (Pemberi peringatan)
- Nabi Ar-Rahmah (Nabi pembawa rahmat)
- Nabi At-Taubah (Nabi pembawa taubat)
Jumlah nama dan gelar Rasulullah SAW disebut mencapai lebih dari 200, sebagian merupakan sifat umum yang juga bisa dimiliki nabi lain, sebagian lagi adalah sifat yang hanya khusus bagi beliau.
FAQ Seputar Rasulullah SAW
1. Mengapa Nabi Muhammad diberi gelar Al-Amin?
Karena beliau dikenal sangat jujur, dapat dipercaya, dan adil. Masyarakat Quraisy mengakui karakter beliau bahkan sebelum menjadi nabi.
2. Apakah Al-Amin hanya dimiliki Nabi Muhammad SAW?
Secara gelar dan pengakuan kolektif masyarakat Arab, Al-Amin merupakan gelar eksklusif yang melekat hanya kepada Nabi Muhammad SAW sebagai simbol reputasi kejujuran beliau.
3. Apa peran Nabi Muhammad dalam peristiwa Hajar Aswad?
Beliau menjadi penengah yang bijaksana saat terjadi konflik antar suku Quraisy. Beliaulah yang mengusulkan metode peletakan Hajar Aswad yang diterima semua pihak.
4. Apa nama-nama lain dari Nabi Muhammad SAW?
Nama-nama lain Rasulullah antara lain Ahmad, Al-Mahiy, Al-Aqib, Al-Hasyir, dan masih banyak lagi, yang masing-masing mencerminkan karakter dan misi beliau.
5. Bagaimana pengaruh gelar Al-Amin terhadap dakwah Islam?
Gelar Al-Amin membentuk kepercayaan awal masyarakat terhadap pribadi Nabi Muhammad SAW. Ini menjadi modal utama dalam menerima dakwah Islam tanpa keraguan terhadap kejujuran beliau.