Memahami Tawaduk Artinya Apa, Ini Contoh dan Keutamaannya dalam Islam

13 hours ago 7

Liputan6.com, Jakarta Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai orang yang begitu bersahaja meski memiliki kedudukan, ilmu, atau kekayaan yang tinggi. Sikap seperti ini dikenal sebagai tawaduk atau tawadhu' dalam istilah Islam. Sifat ini sangat mulia, namun amat jarang ditemukan, terutama di zaman yang serba kompetitif seperti sekarang. Banyak orang berlomba-lomba memperlihatkan kelebihan dan keunggulannya, lupa bahwa dalam Islam, semakin tinggi seseorang, seharusnya semakin rendah hati ia bersikap.

Tawaduk artinya bukan sekadar sikap etis, tetapi juga bagian dari akhlak mulia yang diperintahkan dalam ajaran Islam. Ia adalah lawan dari kesombongan yang dibenci oleh Allah. Dalam dunia modern yang menjunjung popularitas dan prestise, tawaduk menjadi pelita yang menunjukkan bahwa kemuliaan sejati tidak terletak pada pengakuan manusia, melainkan pada ridha Allah.

Tawaduk artinya adalah cermin kerendahan hati, dan para Nabi adalah contoh nyata dari sifat ini. Mereka bukan hanya menyampaikan wahyu, tetapi juga menampilkan perilaku yang sangat tawaduk di hadapan sesama manusia dan Allah. Oleh karena itu, memahami makna tawaduk, meneladani Rasulullah SAW, serta menyadari keutamaannya menjadi bagian penting dalam menjalani kehidupan yang diridhai Allah. Berikut ulasan Liputan6.com, Kamis (10/7/2025).

Princess Kako sempat viral karena tertangkap kamera ketika sedang naik pesawat kelas ekonomi. Hal ini membuat publik kagum karena meskipun terlahir sebagai anggota keluarga kekaisaran Jepang, Princess Kako tetap menjadi pribadi yang sederhana.Yuk ken...

Arti Tawaduk dalam Islam

Secara etimologi, tawaduk berasal dari bahasa Arab "tawadhu'a" yang berarti "merendahkan diri". Dalam KBBI, tawaduk diartikan sebagai rendah hati, patuh, dan taat. Secara istilah, tawaduk adalah sifat seseorang yang menunjukkan kerendahan hati, tidak sombong, serta tidak merasa lebih baik dari orang lain dalam segala hal.

Ibnu Hajar dalam Fathul Bari menjelaskan bahwa tawaduk adalah menampakkan diri lebih rendah di hadapan orang yang ingin dimuliakan. Ar-Raghib al-Ashfahani dalam Adz-Dzari'ah ila Makarim Asy-Syari'ah menyebutkan bahwa tawaduk merupakan sikap pertengahan antara sombong dan melecehkan diri.

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Furqan ayat 63:

"Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan." (Q.S. Al-Furqan: 63)

Ayat ini menunjukkan bahwa sikap tawaduk adalah ciri hamba Allah yang sejati. Mereka tidak membalas kejahilan dengan kemarahan, tetapi dengan salam dan sikap yang tenang.

Contoh Sikap Tawaduk Rasulullah SAW

Nabi Muhammad SAW adalah contoh terbaik dalam menunjukkan akhlak tawaduk. Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu." (Q.S. Al-Ahzab: 21)

Contoh ketawadukan Rasulullah sangat banyak. Salah satunya, sebagaimana diriwayatkan oleh Aisyah ra., bahwa Nabi SAW menjahit sendiri bajunya, memperbaiki sandalnya, dan membantu pekerjaan istrinya di rumah. (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban)

Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW biasa menyapa anak-anak kecil dan mengusap kepala mereka, serta tidak segan menjenguk orang sakit dan menghadiri undangan budak sahaya. (HR. Ibnu Hibban)

Rasulullah SAW juga pernah ditegur ketika dipuji berlebihan. Beliau bersabda:

"Panggillah aku dengan sebutan 'Muhammad bin Abdullah', hamba dan utusan Allah. Jangan kalian memuji diriku secara berlebihan seperti umat Nasrani memuji Isa bin Maryam." (HR. Bukhari dan Muslim)

Sikap ini menunjukkan bahwa meski beliau adalah utusan Allah dan pemimpin umat, beliau tidak pernah ingin diagungkan secara berlebihan.

Keutamaan Sikap Tawaduk

1. Ditinggikan Derajatnya oleh Allah

Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:

"Tidaklah seseorang memiliki sifat tawaduk karena Allah, melainkan Allah akan meninggikannya." (HR. Muslim no. 2588)

Syaikh Salim bin Ied menyebutkan bahwa tawaduk akan mengangkat derajat manusia di dunia dan akhirat. Di dunia, orang tawaduk akan dicintai dan dimuliakan oleh manusia. Di akhirat, Allah akan memberikan pahala dan kedudukan tinggi.

2. Mendapatkan Cinta dan Kasih Sayang Sesama

Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya Allah mewahyukan padaku untuk memiliki sifat tawaduk. Janganlah seseorang menyombongkan diri dan melampaui batas pada yang lain." (HR. Muslim no. 2865)

Orang yang rendah hati akan disayangi, dihormati, dan dicintai oleh sesama. Tawaduk menciptakan keharmonisan, mempererat persaudaraan, dan menghindarkan dari permusuhan.

3. Dicontohkan oleh Para Nabi

Selain Rasulullah SAW, para nabi lain seperti Musa, Isa, Daud, dan Zakariya juga menunjukkan sifat tawaduk. Nabi Musa as. membantu dua wanita memberi minum ternak. Nabi Isa as. menyatakan dirinya bukan orang sombong (Q.S. Maryam: 32). Ini menunjukkan bahwa kemuliaan para nabi disertai dengan akhlak yang merendah.

4. Menghindarkan Diri dari Laknat Allah

Sufyan bin 'Uyainah berkata, "Siapa yang maksiat karena syahwat, maka taubat akan membebaskannya. Tapi siapa yang maksiat karena sombong, maka laknat Allah akan menimpanya."

Sombong adalah dosa Iblis yang menyebabkan ia dilaknat Allah. Lawannya adalah tawaduk, yang mendekatkan seseorang kepada ridha Allah.

5. Menguatkan Rasa Syukur dan Qana'ah

Orang tawaduk menyadari bahwa semua nikmat berasal dari Allah. Ia tidak merasa lebih baik dari orang lain, dan lebih fokus pada syukur serta ridha pada ketetapan-Nya. Abu Bakar ash-Shiddiq berkata, "Kami dapati kemuliaan itu dalam takwa, kekayaan dalam keyakinan, dan kehormatan dalam tawaduk."

FAQ Seputar Tawaduk

1. Apa perbedaan tawaduk dan rendah diri?

Tawaduk adalah rendah hati karena kesadaran akan nikmat Allah, sedangkan rendah diri bisa bermakna minder atau tidak percaya diri, yang justru bertentangan dengan ajaran Islam.

2. Apakah tawaduk berarti kita harus selalu mengalah?

Tidak selalu. Tawaduk adalah sikap rendah hati, namun bukan berarti lemah atau membiarkan kebatilan menang. Tawaduk tetap bersikap tegas terhadap kebenaran.

Dengan menyadari bahwa semua nikmat berasal dari Allah, meneladani Rasulullah SAW, memperbanyak ibadah, dan senantiasa menghindari sifat sombong.

4. Apakah orang kaya dan berilmu bisa tawaduk?

Tentu saja. Bahkan mereka lebih dituntut untuk tawaduk karena semakin tinggi seseorang, semakin besar tanggung jawab untuk tidak menyombongkan diri.

5. Apa bahaya jika tidak memiliki sifat tawaduk?

Orang yang tidak tawaduk cenderung sombong, tidak disukai orang, dijauhi masyarakat, dan terancam laknat Allah sebagaimana yang menimpa Iblis.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |