Liputan6.com, Jakarta Dalam Islam, setiap nama Allah memiliki makna yang dalam dan membentuk kesadaran spiritual. Salah satunya adalah Al-Basir artinya Maha Melihat, menunjukkan bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang tampak maupun tersembunyi.
Memahami Al-Basir artinya membuat seorang Muslim lebih berhati-hati dalam berperilaku. Ia sadar bahwa segala tindakannya selalu dalam pengawasan Allah SWT, baik di tempat ramai maupun saat sendiri.
Kesadaran bahwa Al-Basir artinya Allah selalu melihat, memberi ketenangan dalam menghadapi hidup. Tak ada usaha atau doa yang luput dari perhatian-Nya, semua pasti mendapat balasan yang adil.
Berikut Liputan6.com merangkum dari berbagai sumber tentang Al Basir artinya, Kamis (3/7/2025).
Lagu Anak Islami - Asmaul Husna
Al Basir Artinya
Dalam khazanah keislaman, Al-Basir adalah salah satu dari Asmaul Husna, yaitu 99 nama Allah SWT yang mencerminkan kesempurnaan sifat-sifat-Nya. Secara bahasa, Al-Basir artinya Maha Melihat. Namun maknanya tidak sesederhana itu. Nama ini mengandung dimensi yang sangat luas dan dalam, mencakup tidak hanya kemampuan melihat secara inderawi, tetapi juga pemahaman terhadap segala sesuatu secara menyeluruh dan sempurna.
Allah SWT dengan sifat Al-Basir-Nya melihat segala sesuatu tanpa batas ruang, waktu, dan keadaan. Penglihatan-Nya tidak membutuhkan cahaya, tidak terhalang kegelapan, dan tidak bergantung pada jarak. Segala sesuatu yang tersembunyi di dalam hati, gerakan yang halus sekalipun, hingga bisikan pikiran manusia, semuanya dalam pantauan Allah SWT. Ini berbeda jauh dengan kemampuan penglihatan manusia yang terbatas, parsial, dan hanya bersifat lahiriah.
Secara etimologis, akar kata بَصَرَ (ba-sa-ra) bukan hanya berarti "melihat", tetapi juga mencakup makna seperti "menyadari", "memahami secara mendalam", dan "memperhatikan dengan seksama". Oleh karena itu, Al-Basir bukan hanya Allah yang Maha Melihat dengan mata-Nya, tetapi juga Dia yang mengetahui hakikat segala sesuatu, mengetahui apa yang tersembunyi di balik penampilan luar, dan memahami apa yang sebenarnya terjadi di balik niat dan tindakan manusia.
Mengutip kajian yang dipublikasikan di Jurnal Intelek dan Cendikiawan Nusantara Vol : 1 No: 1, Februari-Maret 2024 dijelaskan dalam Al-Quran juga dijelaskan tentang nama-nama dan sifat Allah SWT yang disebut dengan Asmaul-Husna. Al-Asmā’ al-Husnā dibentuk dari kata al-Asma’ (bentuk jamak) dari kata al-ism, memiliki arti “nama” dan al-Husna’ berarti “yang terbaik atau indah”. Dalam hal ini, al-Asmā’ al-Husnā dapat diartikan sebagai nama-nama-Nya yang baik dan indah. Allah SWT memiliki nama-nama yang indah. Hal ini dapat diperhatikan pada salah satu ayat-Nya.
"Allah memiliki Asmaul Husna (nama-nama yang terbaik). Maka, bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut (Asmaul Husna) itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalah artikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan atas apa yang telah mereka kerjakan." (Q.S. Al-A'raf/7:180).
Makna Mendalam Al Basir
Mengutip buku berjudul Energy Dzikir (Menentramkan Jiwa Membangkitkan Optimisme) oleh Samsul Munir Amin dan Haryanto al-Fandi (Dilansir dalam kajian yang dipublikasikan di situs Digital Library UIN Sunan Ampel Surabaya) dijelaskan selain kita diperintahkan Allah untuk berdzikir dengan membaca Asmaul Husna, kita juga dianjurkan berdo‟a kepada Allah dengan mempergunakan atau menyebut Asma’-asma’ Allah yang indah tersebut.
Memahami Al-Basir artinya menyadari sepenuhnya bahwa tidak ada satu pun dari tindakan, ucapan, atau bahkan niat kita yang tersembunyi dari pengawasan Allah SWT. Kesadaran ini seharusnya menjadi pengingat yang kuat bagi setiap Muslim untuk senantiasa menjaga adab, perilaku, dan pilihan hidupnya. Saat seseorang benar-benar meyakini bahwa Allah Maha Melihat, maka ia akan berusaha menjauhi segala bentuk dosa, meski tidak terlihat oleh manusia lain, karena ia tahu bahwa Allah selalu menjadi saksi atas setiap gerak-geriknya.
Lebih jauh lagi, memahami sifat Al-Basir juga berarti menyadari pentingnya tanggung jawab pribadi atas semua amal perbuatan. Tidak ada hal yang dianggap sepele di hadapan Allah, karena setiap amal, besar maupun kecil akan diperhitungkan. Allah yang Maha Melihat akan menilai bukan hanya dari apa yang tampak secara lahiriah, tetapi juga dari niat dan kesungguhan hati.
Sifat Al-Basir juga menjadi pengingat agar kita menggunakan karunia penglihatan dan pancaindra lain yang telah diberikan Allah SWT dengan penuh tanggung jawab. Mata yang melihat harus diarahkan pada hal-hal yang baik, telinga yang mendengar seharusnya digunakan untuk kebaikan, dan hati yang merasa harus diarahkan pada kepekaan terhadap nilai-nilai ketakwaan.
Implementasi Al Basir dalam Kehidupan Sehari-hari
Meneladani sifat Al-Basir dalam kehidupan sehari-hari bukan hanya soal memahami bahwa Allah Maha Melihat, tetapi juga bagaimana kita mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam tindakan nyata. Salah satu bentuknya adalah bekerja dengan penuh ketelitian, kejujuran, dan tanggung jawab.
Ketika seseorang menjalankan tugasnya secara cermat, memperhatikan hal-hal kecil, dan tidak menyepelekan detail, itu menunjukkan kesadaran bahwa setiap usaha yang dilakukan berada dalam pengawasan Allah SWT. Ia sadar bahwa kualitas pekerjaan bukan hanya dinilai oleh manusia, tetapi juga oleh Zat yang Maha Melihat dan Maha Menilai.
Selain bekerja dengan sungguh-sungguh, meneladani Al-Basir juga tercermin dalam kebiasaan melakukan introspeksi diri. Melihat ke dalam hati, mengevaluasi sikap, serta menyadari kelemahan dan kesalahan merupakan langkah penting menuju perbaikan diri. Seseorang yang mampu mengoreksi dirinya sendiri akan lebih mudah memperbaiki akhlak dan amalnya.
Bentuk keteladanan lain dari sifat Al-Basir adalah menggunakan penglihatan dan kesadaran untuk mencegah kemungkaran. Sikap ini bukan sekadar kewajiban sosial, tetapi juga bentuk ibadah karena kita menggunakan karunia penglihatan dengan cara yang diridhai Allah SWT. Dalam skala kecil maupun besar, peran aktif ini menunjukkan bahwa kita benar-benar menghayati makna dari sifat Al-Basir dalam kehidupan.
Mengutip dari buku berjudul Petunjuk ke Surga Menurut Al-Qur`an (2017) oleh Lilis Nihwan dijelaskan mencegah kemungkaran harus dilakukan dengan tangan (bisa diartikan kekuasaan), lisan (dan atau bentuk tulisan), dan hati (ini adalah selemah-lemahnya iman). Abai terhadap kemungkaran berarti sama saja membenarkan atau menyetujui ketidakadilan dan kemaksiatan.
Q & A Seputar Topik
Apa arti Al-Baṣīr dalam Asmaul Husna?
Al-Baṣīr artinya adalah Maha Melihat. Ini merupakan salah satu dari 99 nama Allah SWT (Asmaul Husna) yang menggambarkan sifat Allah yang melihat segala sesuatu, baik yang tampak maupun tersembunyi.
Apakah penglihatan Allah SWT sama seperti manusia?
Tidak. Penglihatan Allah tidak terbatas oleh ruang, waktu, atau kondisi cahaya. Allah melihat segalanya dengan sempurna, tanpa alat bantu, dan tidak ada satu pun yang luput dari pengawasan-Nya.
Apa makna mendalam dari sifat Al-Baṣīr?
Makna mendalam dari Al-Baṣīr mencakup tidak hanya kemampuan melihat secara fisik, tetapi juga meliputi pemahaman, perhatian, dan kesadaran penuh terhadap semua ciptaan dan amal manusia. Allah melihat isi hati, niat, dan tindakan hamba-Nya.
Bagaimana cara meneladani sifat Al-Baṣīr dalam kehidupan sehari-hari?
Meneladani Al-Baṣīr bisa dilakukan dengan cara:
- Bersikap jujur dan bertanggung jawab, meskipun tidak ada orang yang melihat.
- Bekerja dengan teliti dan sungguh-sungguh, karena kita sadar Allah menilai setiap usaha.
- Introspeksi diri, menyadari kesalahan dan memperbaiki diri.
- Menggunakan penglihatan untuk kebaikan, seperti menjauhi maksiat dan mencegah kemungkaran.
Apa dampaknya jika seorang Muslim menghayati sifat Al-Baṣīr?
Ia akan menjadi pribadi yang lebih hati-hati dalam bertindak, lebih taat kepada Allah, serta memiliki rasa malu dan tanggung jawab yang tinggi karena yakin selalu berada dalam pengawasan Allah SWT.