Surat Al-Maidah Ayat 48, Al-Qur’an sebagai Pembenar dan Penuntun Jalan Hidup

11 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta Dalam kehidupan manusia yang terus berkembang, manusia membutuhkan pedoman yang tak lekang oleh waktu. Pedoman tersebut tidak hanya menjadi pencerah dalam menjalani kehidupan sosial, tetapi juga sebagai landasan hukum dan spiritual. Bagi umat Islam, Al-Qur’an adalah petunjuk hidup yang tak tertandingi. Salah satu ayat yang memuat pesan mendalam mengenai fungsi Al-Qur’an dan pentingnya berlomba dalam kebaikan adalah Surat Al-Maidah ayat 48.

Surah Al-Maidah merupakan surah ke-5 dalam Al-Qur’an yang termasuk dalam golongan Madaniyah, terdiri dari 120 ayat. Di antara ayat-ayat tersebut, ayat ke-48 memiliki kandungan yang sangat luas. Ayat ini tidak hanya membicarakan tentang kebenaran Al-Qur’an, tetapi juga menjelaskan peran Al-Qur’an sebagai pembenar kitab sebelumnya, serta ajakan bagi seluruh manusia untuk senantiasa berlomba dalam melakukan kebaikan.

Liputan6.com akan membahas Surat Al-Maidah ayat 48 secara komprehensif, mulai dari bacaan Arab, latin, terjemahan, tafsir, asbabun nuzul, hingga penjabaran isi kandungan berdasarkan pendapat ulama dan ahli tafsir, Kamis (3/7/2025).

Highlight Ramadan hari ini datang dengan informasi seputar pelatihan baca Al-Qur'an dari dalam rumah tahanan Padang hingga kisah seorang migram muslim di Bosnia.

Surat Al-Maidah Ayat 48

وَأَنزَلْنَآ إِلَيْكَ ٱلْكِتَٰبَ بِٱلْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ۖ فَٱحْكُم بَيْنَهُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَآءَهُمْ عَمَّا جَآءَكَ مِنَ ٱلْحَقِّ ۚ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا ۚ وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَٰحِدَةً وَلَٰكِن لِّيَبْلُوَكُمْ فِى مَآ ءَاتَىٰكُمْ ۖ فَٱسْتَبِقُوا۟ ٱلْخَيْرَٰتِ ۚ إِلَى ٱللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

Wa anzalnā ilaikal-kitāba bil-ḥaqqi muṣaddiqal limā baina yadaihi minal-kitābi wa muhaiminan 'alaihi faḥkum bainahum bimā anzalallāhu wa lā tattabi' ahwāahum 'ammā jāaka minal-ḥaqq, likullin ja'alnā mingkum syir'ataw wa min-hājā, walau syāallāhu laja'alakum ummataw wāḥidataw wa lākil liyabluwakum fī mā ātākum fastabiqul-khairāt, ilallāhi marji'ukum jamī'an fa yunabbiukum bimā kuntum fīhi takhtalifụn

Artinya:

"Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan sebagai batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat saja, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah dalam berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu."

Isi Kandungan Surat Al-Maidah Ayat 48

Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini menegaskan fungsi Al-Qur’an sebagai kitab yang membawa kebenaran, membenarkan kitab-kitab sebelumnya, dan sebagai penyempurna wahyu terdahulu. Rasulullah SAW diingatkan agar memutuskan hukum berdasarkan wahyu Allah, bukan berdasarkan hawa nafsu manusia.

Ibnu Katsir menulis, Al-Qur’an bukan hanya menyempurnakan, tetapi juga sebagai “muhaimin” atau pengawas yang menjadi tolok ukur bagi kitab-kitab sebelumnya. Artinya, jika ada perbedaan dalam kitab terdahulu yang bertentangan dengan Al-Qur’an, maka kebenaran kembali kepada Al-Qur’an.

Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah juga menekankan pentingnya makna “fastabiqul khairat” (berlomba dalam kebaikan). Ini adalah seruan bagi umat manusia untuk saling berkompetisi dalam melakukan amal saleh dan taat kepada Allah, tanpa saling menyalahkan perbedaan syariat karena semua berasal dari Tuhan yang sama.

Dalam Tafsir Tahlili Kemenag, ditegaskan bahwa setiap umat memiliki syariatnya masing-masing, sesuai kondisi zaman. Namun esensi yang dibawa sama: ketauhidan, akhlak, dan kebaikan. Al-Qur’an sebagai syariat terakhir harus dijadikan pedoman utama.

Asbabun Nuzul Surat Al-Maidah Ayat 48

Menurut Tafsir Al-Wahidi, ayat ini turun ketika seorang pria Yahudi berzina dengan wanita Yahudi. Mereka membawa kasus itu kepada Rasulullah SAW, berharap hukuman lebih ringan dari Islam. Mereka menyembunyikan bahwa dalam Taurat hukuman zinā adalah rajam. Namun Rasulullah tetap menjatuhkan hukuman rajam sesuai isi Taurat.

Kasus ini menunjukkan bahwa ajaran sebelumnya telah diselewengkan untuk kepentingan pribadi. Maka Allah menurunkan ayat ini, menegaskan bahwa kebenaran hanya ada dalam wahyu-Nya. Maka, Rasulullah harus tetap berpegang pada Al-Qur’an.

Dalam Journal of Islamic Law and Studies, Vol. 1, No. 1, Juni 2017 yang bertajuk Konsep Taat Kepada Pemimpin (Ulil Amri) di Dalam Surah An-Nisa: 59, Al-Anfal:46 Dan Al-Maidah: 48-49 (Analisis Tafsir Tafsir Al-Qurthubi, Al-Misbah, Dan Ibnu Katsir)  disebutkan bahwa ayat ini menjadi peringatan keras terhadap penyelewengan ajaran oleh Ahli Kitab dan penegasan bahwa Al-Qur’an sebagai wahyu terakhir adalah sumber hukum yang mutlak.

Makna Berlomba dalam Kebaikan

Mengutip Buku Pintar Muslim oleh Salman Nashif Ad-Dahduh, berlomba dalam kebaikan berarti memperbanyak amal saleh dan mengajak orang lain melakukannya tanpa niat merugikan. Dr. Khalid Abu Syadi dalam Berlomba Menuju Surga menyebutkan bahwa perintah ini mendorong manusia untuk menjadi yang terbaik dalam ibadah, akhlak, dan amal sosial.

Ibnu Qayyim mengibaratkan orang yang tak ikut berlomba dalam kebaikan seperti berteduh di bawah pohon rapuh. Cepat atau lambat, ia akan menyesal dan kehilangan segalanya. Artinya, hanya dengan berlomba dalam kebaikan seseorang bisa mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

FAQ Seputar Surat Al-Maidah Ayat 48

1. Apa pesan utama dari Surat Al-Maidah ayat 48?

Pesan utamanya adalah bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang benar dan menyempurnakan kitab sebelumnya, serta seruan untuk berlomba dalam kebaikan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah.

2. Mengapa setiap umat diberikan syariat yang berbeda?

Karena Allah menyesuaikan syariat dengan kondisi zaman dan masyarakatnya, namun tetap dengan inti ajaran tauhid dan moral yang sama.

3. Apa makna "muhaiminan 'alaih" dalam ayat ini?

Maknanya adalah Al-Qur’an menjadi penjaga dan tolok ukur kebenaran dari kitab-kitab terdahulu. Ia membenarkan yang sesuai dan membatalkan yang telah diselewengkan.

Itu adalah bentuk nyata dari ketakwaan dan ibadah yang produktif. Islam mengajarkan untuk aktif dalam kebaikan, bukan pasif atau hanya menjadi pengikut.

5. Apa yang bisa kita pelajari dari asbabun nuzul ayat ini?

Bahwa kebenaran tidak bisa dipermainkan untuk kepentingan pribadi. Keadilan Islam harus ditegakkan, meskipun harus berbeda dari ekspektasi manusia. 

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |