Liputan6.com, Jakarta Membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar bukan hanya sekadar melafalkan huruf-huruf Arab, melainkan juga harus memperhatikan ilmu tajwid yang menjadi kaidah dasar dalam membaca kitab suci tersebut. Tajwid mengatur cara pengucapan huruf dan hukum bacaan agar makna ayat tidak berubah. Setiap kekeliruan dalam panjang pendek suatu huruf bisa berdampak pada makna yang disampaikan.
Salah satu bagian penting dalam tajwid adalah hukum bacaan mad, yaitu memanjangkan suara pada huruf tertentu. Salah satu jenis mad yang sering ditemui dalam Al-Qur’an adalah Mad Wajib Muttasil. Meskipun tampak sederhana, namun memahami mad wajib muttasil sangat penting untuk menjaga ketepatan bacaan dan makna ayat-ayat Al-Qur’an.
Banyak umat Islam yang belum menyadari bahwa membaca Al-Qur’an tanpa memperhatikan panjang pendek huruf atau hukum mad dapat mengurangi keindahan dan ketepatan dalam menyampaikan pesan-pesan ilahi. Oleh karena itu, Liputan6.com akan membahas secara lengkap mengenai mad wajib muttasil, mulai dari pengertiannya, hukum bacaannya, contoh dalam Al-Qur’an, hingga tanya jawab seputar topik ini, Kamis (3/7/2025).
Sejumlah tahanan di Rutan Padang, Sumatera Barat kini punya kegiatan mingguan baru. Mereka berkumpul setiap minggu untuk belajar membaca A;-Qur'an.
Apa Itu Mad Wajib Muttasil?
Dalam ilmu tajwid, istilah mad secara bahasa berarti panjang. Mad merupakan hukum tajwid yang mengatur tentang pemanjangan suara ketika membaca huruf-huruf tertentu. Hukum mad sendiri terbagi menjadi dua jenis besar, yaitu mad thabi’i (mad asli) dan mad far’i (mad cabang). Salah satu bagian dari mad far’i yang perlu diketahui adalah mad wajib muttasil.
Mengutip Dasar-dasar Ilmu Tajwid karya Dr. Marzuki M.Ag dan Sun Choirol Ummah S.Ag M.S.I, mad wajib muttasil adalah mad thabi’i yang bertemu dengan huruf hamzah (ء) dalam satu kalimat. Istilah “wajib” dalam hal ini berarti harus dibaca panjang, dan “muttasil” artinya bersambung—karena hamzah berada dalam satu kata dengan huruf mad sebelumnya.
Panjang bacaan mad wajib muttasil menurut mayoritas ulama adalah 4 sampai 5 harakat, bahkan dalam beberapa kondisi bisa sampai 6 harakat jika diwakafkan (berhenti di akhir kalimat). Ini berbeda dengan mad thabi’i biasa yang hanya dibaca sepanjang dua harakat.
Sebelum memahami mad wajib muttasil, seseorang harus terlebih dahulu memahami mad thabi’i, yaitu:
- Fathah bertemu alif (ا)
- Kasrah bertemu ya sukun (يْ)
- Dhammah bertemu wau sukun (وْ)
Hukum Mad Wajib Muttasil
Dalam ilmu tajwid, mad wajib muttasil termasuk dalam hukum mad far’i, yaitu mad yang terjadi karena sebab tertentu di luar mad thabi’i. Hukum bacaan mad wajib muttasil adalah wajib dibaca panjang, minimal empat harakat (ketukan) dan maksimal lima atau enam harakat, tergantung pada kondisi waqaf (berhenti) atau washal (sambung).
Menurut buku Pendidikan Agama Islam oleh Sujarwo dan Muhamad Akip, hukum mad wajib muttasil muncul apabila:
- Huruf berharakat fathah bertemu alif,
- Huruf berharakat kasrah bertemu ya sukun,
- Huruf berharakat dhammah bertemu wau sukun, dan setelah huruf mad tersebut, terdapat hamzah (ء) dalam satu kalimat.
Karena pertemuan huruf mad thabi’i dengan hamzah ini berada dalam satu kata, maka bacaan harus dipanjangkan lebih dari mad thabi’i biasa. Jika mad bertemu hamzah tetapi tidak dalam satu kalimat, maka disebut mad jaiz munfasil, bukan mad wajib muttasil.
Contoh Mad Wajib Muttasil dalam Al-Qur’an
Berikut beberapa contoh ayat dalam Al-Qur’an yang mengandung mad wajib muttasil:
1. Surah An-Nasr ayat 1 إِذَا جَآءَ نَصْرُ اللَّهِ
Iżā jā`a naṣrullāh
Penjelasan: Huruf alif (mad thabi’i) bertemu dengan hamzah fathah, panjang bacaan 4-5 harakat.
2. Surah Al-Quraisy ayat 2 رِحْلَةَ الشِّتَآءِ وَالصَّيْفِ
Riḥlatasy-syitā`i was-shaif
Penjelasan: Huruf alif (mad thabi’i) bertemu hamzah kasrah, dibaca 4-5 harakat.
3. Surah At-Taubah ayat 37
لَهُمْ سُوءُ أَعْمَالِهِمْ
Lahum sū`u a‘mālihim
Penjelasan: Wau (mad thabi’i) bertemu hamzah, dibaca panjang 4-5 harakat.
4. Surah An-Nazi'at ayat 27
أَمِ السَّمَاءُ
Amis-samā`
Penjelasan: Alif bertemu hamzah dhammah, dibaca 4-5 harakat.
5. Surah Ad-Dhuha ayat 8
وَوَجَدَكَ عَآئِلًا فَأَغْنَىٰ
Wa wajadaka 'ā`ilan fa aghnā
Penjelasan: Alif bertemu hamzah kasrah, dibaca 4-5 harakat.
6. Surah Al-Mursalaat ayat 43
وَاشْرَبُوا هَنِيئًا
Washrabụ hanī`am
Penjelasan: Ya mati (mad thabi’i) bertemu hamzah fathatain.
7. Surah Al-Bayyinah ayat 5
حُنَفَآءَ
Ḥunafā`a
Penjelasan: Alif bertemu hamzah fathah.
8. Surah Al-Baqarah ayat 13
هُمُ السُّفَهَاءُ
Humus-sufahā`
Penjelasan: Alif bertemu hamzah dhammah.
9. Surah Al-Ma'un ayat 6
يُرَآءُونَ
Yurā`ụn
Penjelasan: Alif bertemu hamzah dhammah.
10. Surah An-Naba’ ayat 14
مَاءً ثَجَّاجًا
Mā`an ṡajjājā
Penjelasan: Alif bertemu hamzah fathatain.
FAQ Seputar Mad Wajib Muttasil
1. Apa perbedaan mad wajib muttasil dengan mad jaiz munfasil?
Mad wajib muttasil terjadi ketika huruf mad bertemu hamzah dalam satu kalimat, sedangkan mad jaiz munfasil terjadi jika keduanya berada di dua kata yang berbeda.
2. Berapa panjang bacaan mad wajib muttasil?
Panjang bacaan mad wajib muttasil adalah 4–5 harakat, dan bisa 6 harakat jika dibaca waqaf (berhenti).
3. Mengapa disebut “wajib”?
Disebut wajib karena ulama sepakat bahwa bacaan ini harus dipanjangkan, tidak boleh dibaca pendek seperti mad thabi’i.
4. Apakah semua bacaan yang mengandung hamzah termasuk mad wajib muttasil?
Tidak. Hanya jika hamzah bertemu dengan huruf mad thabi’i dalam satu kalimat, maka itu termasuk mad wajib muttasil.
5. Apa dampak jika mad wajib muttasil dibaca pendek?
Membaca mad wajib muttasil dengan pendek berarti menyalahi kaidah tajwid dan bisa mengubah makna atau keindahan bacaan Al-Qur’an.