Liputan6.com, Jakarta - Surah Al-Waqi'ah merupakan salah satu surah dalam Al-Quran yang membahas secara detail tentang peristiwa hari kiamat dan pembagian manusia menjadi tiga golongan. Surah ini terdiri dari 96 ayat.
Setiap Muslim perlu memahami kandungan surah Al-Waqi'ah untuk mempersiapkan diri menghadapi hari pembalasan. Surah ini memberikan gambaran jelas tentang nasib manusia berdasarkan amal perbuatan di dunia.
Dalam studi "Surah Al Waqi'ah: Characteristics and Virtues Hadith based Studies" oleh Samer N.A. Samarah dari Universiti Sains Islam Malaysia (USIM, Desember 2021), penelitian tersebut menyimpulkan tafakkur (merenungkan) isi surah ini dapat menumbuhkan amal shalih yang akan menjadi bekal di akhirat.
Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya, Kamis (3/7/2025).
Tilawah adalah bacaan yang mulia. Adapun tilawah dalam konteks Al-Qur’an adalah perintah membacanya dan mengikuti bacaan itu dengan pengamalan. Qiraah atau iqra biasa diterjemahkan dengan membaca, bacalah. Tetapi dari segi istilah kata qiraah itu o...
Surah Al-Waqi'ah Ayat 1-48
Surah Al-Waqi'ah ayat 1-48 membahas tentang peristiwa hari kiamat dan pembagian manusia menjadi tiga golongan berdasarkan amal perbuatan mereka di dunia. Melansir dari Tafsir Al-Qur'an Al-Karim karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, bagian awal surah ini menggambarkan dahsyatnya peristiwa kiamat dengan penjelasan yang sangat detail dan menakutkan.
Allah SWT menjelaskan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat mendustakan terjadinya hari kiamat tersebut.
Pembagian tiga golongan manusia dalam ayat-ayat ini mencakup golongan yang didekatkan kepada Allah (As-Sabiqun), golongan kanan (Ashab Al-Yamin), dan golongan kiri (Ashab Asy-Syimal). Melansir dari Tafsir Ibn Katsir, setiap golongan memiliki balasan yang berbeda-beda sesuai dengan amal perbuatan mereka selama hidup di dunia.
Golongan pertama adalah orang-orang yang paling mulia dan akan mendapat tempat terdekat dengan Allah, sementara golongan kedua adalah orang-orang beriman yang akan masuk surga, dan golongan ketiga adalah orang-orang yang akan mendapat siksa neraka.
Ayat 1-48 dalam bahasa Arab, Latin, dan Artinya:
إِذَا وَقَعَتِ ٱلْوَاقِعَةُ
iżā waqa'atil-wāqi'ah
1. Apabila terjadi hari kiamat,
لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ
laisa liwaq'atihā kāżibah
2. tidak seorangpun dapat berdusta tentang kejadiannya.
خَافِضَةٌ رَّافِعَةٌ
khāfiḍatur rāfi'ah
3. (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain),
إِذَا رُجَّتِ ٱلْأَرْضُ رَجًّا
iżā rujjatil-arḍu rajjā
4. apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya,
وَبُسَّتِ ٱلْجِبَالُ بَسًّا
wa bussatil-jibālu bassā
5. dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya,
فَكَانَتْ هَبَآءً مُّنۢبَثًّا
fa kānat habā`am mumbaṡṡā
6. maka jadilah ia debu yang beterbangan,
وَكُنتُمْ أَزْوَٰجًا ثَلَٰثَةً
wa kuntum azwājan ṡalāṡah
7. dan kamu menjadi tiga golongan.
فَأَصْحَٰبُ ٱلْمَيْمَنَةِ مَآ أَصْحَٰبُ ٱلْمَيْمَنَةِ
fa aṣ-ḥābul-maimanati mā aṣ-ḥābul-maimanah
8. Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu.
وَأَصْحَٰبُ ٱلْمَشْـَٔمَةِ مَآ أَصْحَٰبُ ٱلْمَشْـَٔمَةِ
wa aṣ-ḥābul-masyamati mā aṣ-ḥābul-masyamah
9. Dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu.
وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلسَّٰبِقُونَ
was-sābiqụnas-sābiqụn
10. Dan orang-orang yang beriman paling dahulu,
أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلْمُقَرَّبُونَ
ulā`ikal-muqarrabụn
11. Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah.
فِى جَنَّٰتِ ٱلنَّعِيمِ
fī jannātin-na'īm
12. Berada dalam jannah kenikmatan.
ثُلَّةٌ مِّنَ ٱلْأَوَّلِينَ
ṡullatum minal-awwalīn
13. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,
وَقَلِيلٌ مِّنَ ٱلْءَاخِرِينَ
wa qalīlum minal-ākhirīn
14. dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian
عَلَىٰ سُرُرٍ مَّوْضُونَةٍ
'alā sururim mauḍụnah
15. Mereka berada di atas dipan yang bertahta emas dan permata,
مُّتَّكِـِٔينَ عَلَيْهَا مُتَقَٰبِلِينَ
muttaki`īna 'alaihā mutaqābilīn
16. seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan.
يَطُوفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَٰنٌ مُّخَلَّدُونَ
yaṭụfu 'alaihim wildānum mukhalladụn
17. Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda,
بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيقَ وَكَأْسٍ مِّن مَّعِينٍ
biakwābiw wa abārīqa wa kasim mim ma'īn
18. dengan membawa gelas, cerek dan minuman yang diambil dari air yang mengalir,
لَّا يُصَدَّعُونَ عَنْهَا وَلَا يُنزِفُونَ
lā yuṣadda'ụna 'an-hā wa lā yunzifụn
19. mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk,
وَفَٰكِهَةٍ مِّمَّا يَتَخَيَّرُونَ
wa fākihatim mimmā yatakhayyarụn
20. dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih,
وَلَحْمِ طَيْرٍ مِّمَّا يَشْتَهُونَ
wa laḥmi ṭairim mimmā yasytahụn
21. dan daging burung dari apa yang mereka inginkan.
وَحُورٌ عِينٌ
wa ḥụrun 'īn
22. Dan ada bidadari-bidadari bermata jeli,
كَأَمْثَٰلِ ٱللُّؤْلُؤِ ٱلْمَكْنُونِ
kaamṡālil-lulu`il-maknụn
23. laksana mutiara yang tersimpan baik.
جَزَآءًۢ بِمَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
jazā`am bimā kānụ ya'malụn
24. Sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan.
لَا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًا وَلَا تَأْثِيمًا
lā yasma'ụna fīhā lagwaw wa lā ta`ṡīmā
25. Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa,
إِلَّا قِيلًا سَلَٰمًا سَلَٰمًا
illā qīlan salāman salāmā
26. akan tetapi mereka mendengar ucapan salam.
وَأَصْحَٰبُ ٱلْيَمِينِ مَآ أَصْحَٰبُ ٱلْيَمِينِ
wa aṣ-ḥābul-yamīni mā aṣ-ḥābul-yamīn
27. Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu.
فِى سِدْرٍ مَّخْضُودٍ
fī sidrim makhḍụd
28. Berada di antara pohon bidara yang tak berduri,
وَطَلْحٍ مَّنضُودٍ
wa ṭal-ḥim manḍụd
29. dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya),
وَظِلٍّ مَّمْدُودٍ
wa ẓillim mamdụd
30. dan naungan yang terbentang luas,
وَمَآءٍ مَّسْكُوبٍ
wa mā`im maskụb
31. dan air yang tercurah,
وَفَٰكِهَةٍ كَثِيرَةٍ
wa fākihating kaṡīrah
32. dan buah-buahan yang banyak,
لَّا مَقْطُوعَةٍ وَلَا مَمْنُوعَةٍ
lā maqṭụ'atiw wa lā mamnụ'ah
33. yang tidak berhenti (berbuah) dan tidak terlarang mengambilnya.
وَفُرُشٍ مَّرْفُوعَةٍ
wa furusyim marfụ'ah
34. dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.
إِنَّآ أَنشَأْنَٰهُنَّ إِنشَآءً
innā ansyanāhunna insyāā
35. Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung
فَجَعَلْنَٰهُنَّ أَبْكَارًا
fa ja'alnāhunna abkārā
36. dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.
عُرُبًا أَتْرَابًا
'uruban atrābā
37. penuh cinta lagi sebaya umurnya.
لِّأَصْحَٰبِ ٱلْيَمِينِ
li`aṣ-ḥābil-yamīn
38. (Kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan,
ثُلَّةٌ مِّنَ ٱلْأَوَّلِينَ
ṡullatum minal-awwalīn
39. (yaitu) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu.
وَثُلَّةٌ مِّنَ ٱلْءَاخِرِينَ
wa ṡullatum minal-ākhirīn
40. dan segolongan besar pula dari orang-orang yang kemudian.
وَأَصْحَٰبُ ٱلشِّمَالِ مَآ أَصْحَٰبُ ٱلشِّمَالِ
wa aṣ-ḥābusy-syimāli mā aṣ-ḥābusy-syimāl
41. Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu?
فِى سَمُومٍ وَحَمِيمٍ
fī samụmiw wa ḥamīm
42. Dalam (siksaan) angin yang amat panas, dan air panas yang mendidih,
وَظِلٍّ مِّن يَحْمُومٍ
wa ẓillim miy yaḥmụm
43. dan dalam naungan asap yang hitam.
لَّا بَارِدٍ وَلَا كَرِيمٍ
lā bāridiw wa lā karīm
44. Tidak sejuk dan tidak menyenangkan.
إِنَّهُمْ كَانُوا۟ قَبْلَ ذَٰلِكَ مُتْرَفِينَ
innahum kānụ qabla żālika mutrafīn
45. Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewahan.
وَكَانُوا۟ يُصِرُّونَ عَلَى ٱلْحِنثِ ٱلْعَظِيمِ
wa kānụ yuṣirrụna 'alal-ḥinṡil-'aẓīm
46. Dan mereka terus-menerus mengerjakan dosa besar.
وَكَانُوا۟ يَقُولُونَ أَئِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَٰمًا أَءِنَّا لَمَبْعُوثُونَ
wa kānụ yaqụlụna a iżā mitnā wa kunnā turābaw wa 'iẓāman a innā lamab'ụṡụn
47. Dan mereka selalu mengatakan: "Apakah bila kami mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami akan benar-benar dibangkitkan kembali?
أَوَءَابَآؤُنَا ٱلْأَوَّلُونَ
a wa ābā`unal-awwalụn
48. apakah bapak-bapak kami yang terdahulu (juga)?"
Surah Al-Waqi'ah Ayat 49-96
Bagian kedua surah Al-Waqi'ah dari ayat 49-96 melanjutkan pembahasan tentang balasan bagi setiap golongan manusia di akhirat dan menegaskan kekuasaan Allah dalam menciptakan segala sesuatu.
Melansir dari Tafsir Al-Mishbah karya M. Quraish Shihab, ayat-ayat ini berisi sanggahan terhadap orang-orang yang mengingkari hari kebangkitan dengan menyebutkan bukti-bukti kekuasaan Allah dalam penciptaan manusia, tumbuhan, air, dan api. Allah menantang mereka dengan pertanyaan retoris tentang siapa sebenarnya yang menciptakan semua itu.
Ayat-ayat terakhir surah ini juga membahas tentang kondisi manusia saat menghadapi kematian dan nasib yang akan mereka terima setelah mati.
Melansir dari Tafsir Fi Zhilal Al-Quran karya Sayyid Quthb, bagian ini menekankan bahwa Al-Quran adalah wahyu yang mulia dan terpelihara, serta mengecam mereka yang menganggap remeh kitab suci tersebut. Setiap manusia akan menerima balasan sesuai dengan golongan mereka masing-masing ketika ajal menjemput.
Ayat 49-96 dalam bahasa Arab, Latin, dan Artinya:
قُلْ إِنَّ ٱلْأَوَّلِينَ وَٱلْءَاخِرِينَ
qul innal-awwalīna wal-ākhirīn
49. Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian,
لَمَجْمُوعُونَ إِلَىٰ مِيقَٰتِ يَوْمٍ مَّعْلُومٍ
lamajmụ'ụna ilā mīqāti yaumim ma'lụm
50. benar-benar akan dikumpulkan di waktu tertentu pada hari yang dikenal.
ثُمَّ إِنَّكُمْ أَيُّهَا ٱلضَّآلُّونَ ٱلْمُكَذِّبُونَ
ṡumma innakum ayyuhaḍ-ḍāllụnal-mukażżibụn
51. Kemudian sesungguhnya kamu hai orang-orang yang sesat lagi mendustakan,
لَءَاكِلُونَ مِن شَجَرٍ مِّن زَقُّومٍ
la`ākilụna min syajarim min zaqqụm
52. benar-benar akan memakan pohon zaqqum,
فَمَالِـُٔونَ مِنْهَا ٱلْبُطُونَ
fa māli`ụna min-hal-buṭụn
53. dan akan memenuhi perutmu dengannya.
فَشَٰرِبُونَ عَلَيْهِ مِنَ ٱلْحَمِيمِ
fa syāribụna 'alaihi minal-ḥamīm
54. Sesudah itu kamu akan meminum air yang sangat panas.
فَشَٰرِبُونَ شُرْبَ ٱلْهِيمِ
fa syāribụna syurbal-hīm
55. Maka kamu minum seperti unta yang sangat haus minum.
هَٰذَا نُزُلُهُمْ يَوْمَ ٱلدِّينِ
hāżā nuzuluhum yaumad-dīn
56. Itulah hidangan untuk mereka pada hari Pembalasan".
نَحْنُ خَلَقْنَٰكُمْ فَلَوْلَا تُصَدِّقُونَ
naḥnu khalaqnākum falau lā tuṣaddiqụn
57. Kami telah menciptakan kamu, maka mengapa kamu tidak membenarkan?
أَفَرَءَيْتُم مَّا تُمْنُونَ
a fa ra`aitum mā tumnụn
58. Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan.
ءَأَنتُمْ تَخْلُقُونَهُۥٓ أَمْ نَحْنُ ٱلْخَٰلِقُونَ
a antum takhluqụnahū am naḥnul-khāliqụn
59. Kamukah yang menciptakannya, atau Kamikah yang menciptakannya?
نَحْنُ قَدَّرْنَا بَيْنَكُمُ ٱلْمَوْتَ وَمَا نَحْنُ بِمَسْبُوقِينَ
naḥnu qaddarnā bainakumul-mauta wa mā naḥnu bimasbụqīn
60. Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan,
عَلَىٰٓ أَن نُّبَدِّلَ أَمْثَٰلَكُمْ وَنُنشِئَكُمْ فِى مَا لَا تَعْلَمُونَ
'alā an nubaddila amṡālakum wa nunsyi`akum fī mā lā ta'lamụn
61. untuk menggantikan kamu dengan orang-orang yang seperti kamu (dalam dunia) dan menciptakan kamu kelak (di akhirat) dalam keadaan yang tidak kamu ketahui.
وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ ٱلنَّشْأَةَ ٱلْأُولَىٰ فَلَوْلَا تَذَكَّرُونَ
wa laqad 'alimtumun-nasy`atal-ụlā falau lā tażakkarụn
62. Dan Sesungguhnya kamu telah mengetahui penciptaan yang pertama, maka mengapakah kamu tidak mengambil pelajaran (untuk penciptaan yang kedua)?
أَفَرَءَيْتُم مَّا تَحْرُثُونَ
a fa ra`aitum mā taḥruṡụn
63. Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam.
ءَأَنتُمْ تَزْرَعُونَهُۥٓ أَمْ نَحْنُ ٱلزَّٰرِعُونَ
a antum tazra'ụnahū am naḥnuz-zāri'ụn
64. Kamukah yang menumbuhkannya atau Kamikah yang menumbuhkannya?
لَوْ نَشَآءُ لَجَعَلْنَٰهُ حُطَٰمًا فَظَلْتُمْ تَفَكَّهُونَ
lau nasyā`u laja'alnāhu huṭāman fa ẓaltum tafakkahụn
65. Kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan dia hancur dan kering, maka jadilah kamu heran dan tercengang.
إِنَّا لَمُغْرَمُونَ
innā lamugramụn
66. (Sambil berkata): "Sesungguhnya kami benar-benar menderita kerugian",
بَلْ نَحْنُ مَحْرُومُونَ
bal naḥnu mahrụmụn
67. bahkan kami menjadi orang-orang yang tidak mendapat hasil apa-apa.
أَفَرَءَيْتُمُ ٱلْمَآءَ ٱلَّذِى تَشْرَبُونَ
a fa raaitumul-māallażī tasyrabụn
68. Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum.
ءَأَنتُمْ أَنزَلْتُمُوهُ مِنَ ٱلْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ ٱلْمُنزِلُونَ
a antum anzaltumụhu minal-muzni am naḥnul-munzilụn
69. Kamukah yang menurunkannya atau Kamikah yang menurunkannya?
لَوْ نَشَآءُ جَعَلْنَٰهُ أُجَاجًا فَلَوْلَا تَشْكُرُونَ
lau nasyā`u ja'alnāhu ujājan falau lā tasykurụn
70. Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?
أَفَرَءَيْتُمُ ٱلنَّارَ ٱلَّتِى تُورُونَ
a fa ra`aitumun-nārallatī tụrụn
71. Maka terangkanlah kepadaku tentang api yang kamu nyalakan (dengan menggosok-gosokkan kayu).
ءَأَنتُمْ أَنشَأْتُمْ شَجَرَتَهَآ أَمْ نَحْنُ ٱلْمُنشِـُٔونَ
a antum ansyatum syajaratahā am naḥnul-munsyiụn
72. Kamukah yang menjadikan kayu itu atau Kamikah yang menjadikannya?
نَحْنُ جَعَلْنَٰهَا تَذْكِرَةً وَمَتَٰعًا لِّلْمُقْوِينَ
naḥnu ja'alnāhā tażkirataw wa matā'al lil-muqwīn
73. Kami jadikan api itu untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi musafir di padang pasir.
فَسَبِّحْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلْعَظِيمِ
fa sabbiḥ bismi rabbikal-'aẓīm
74. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang Maha Besar.
فَلَآ أُقْسِمُ بِمَوَٰقِعِ ٱلنُّجُومِ
fa lā uqsimu bimawāqi'in-nujụm
75. Maka Aku bersumpah dengan masa turunnya bagian-bagian Al-Quran.
وَإِنَّهُۥ لَقَسَمٌ لَّوْ تَعْلَمُونَ عَظِيمٌ
wa innahụ laqasamul lau ta'lamụna 'aẓīm
76. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui.
إِنَّهُۥ لَقُرْءَانٌ كَرِيمٌ
innahụ laqur`ānung karīm
77. Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia,
فِى كِتَٰبٍ مَّكْنُونٍ
fī kitābim maknụn
78. pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh),
لَّا يَمَسُّهُۥٓ إِلَّا ٱلْمُطَهَّرُونَ
lā yamassuhū illal-muṭahharụn
79. tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.
تَنزِيلٌ مِّن رَّبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
tanzīlum mir rabbil-'ālamīn
80. Diturunkan dari Rabbil 'alamiin.
أَفَبِهَٰذَا ٱلْحَدِيثِ أَنتُم مُّدْهِنُونَ
a fa bihāżal-ḥadīṡi antum mud-hinụn
81. Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al-Quran ini?
وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ
wa taj'alụna rizqakum annakum tukażżibụn
82. kamu mengganti rezeki (yang Allah berikan) dengan mendustakan Allah.
فَلَوْلَآ إِذَا بَلَغَتِ ٱلْحُلْقُومَ
falau lā iżā balagatil-ḥulqụm
83. Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan,
وَأَنتُمْ حِينَئِذٍ تَنظُرُونَ
wa antum ḥīna`iżin tanẓurụn
84. padahal kamu ketika itu melihat,
وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنكُمْ وَلَٰكِن لَّا تُبْصِرُونَ
wa naḥnu aqrabu ilaihi mingkum wa lākil lā tubṣirụn
85. dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu. Tetapi kamu tidak melihat,
فَلَوْلَآ إِن كُنتُمْ غَيْرَ مَدِينِينَ
falau lā ing kuntum gaira madīnīn
86. maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)?
تَرْجِعُونَهَآ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ
tarji'ụnahā ing kuntum ṣādiqīn
87. Kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar?
فَأَمَّآ إِن كَانَ مِنَ ٱلْمُقَرَّبِينَ
fa ammā ing kāna minal-muqarrabīn
88. adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah),
فَرَوْحٌ وَرَيْحَانٌ وَجَنَّتُ نَعِيمٍ
fa rauḥuw wa raiḥānuw wa jannatu na'īm
89. maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta jannah kenikmatan.
وَأَمَّآ إِن كَانَ مِنْ أَصْحَٰبِ ٱلْيَمِينِ
wa ammā ing kāna min aṣ-ḥābil-yamīn
90. Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan,
فَسَلَٰمٌ لَّكَ مِنْ أَصْحَٰبِ ٱلْيَمِينِ
fa salāmul laka min aṣ-ḥābil-yamīn
91. maka keselamatanlah bagimu karena kamu dari golongan kanan.
وَأَمَّآ إِن كَانَ مِنَ ٱلْمُكَذِّبِينَ ٱلضَّآلِّينَ
wa ammā ing kāna minal-mukażżibīnaḍ-ḍāllīn
92. Dan adapun jika dia termasuk golongan yang mendustakan lagi sesat,
فَنُزُلٌ مِّنْ حَمِيمٍ
fa nuzulum min ḥamīm
93. maka dia mendapat hidangan air yang mendidih,
وَتَصْلِيَةُ جَحِيمٍ
wa taṣliyatu jaḥīm
94. dan dibakar di dalam jahannam.
إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ حَقُّ ٱلْيَقِينِ
inna hāżā lahuwa ḥaqqul-yaqīn
95. Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar.
فَسَبِّحْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلْعَظِيمِ
fa sabbiḥ bismi rabbikal-'aẓīm
96. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha Besar.
Tafsir Surah Al-Waqi'ah
Surah Al-Waqi'ah memiliki makna mendalam yang perlu dipahami secara komprehensif oleh setiap Muslim. Melansir dari Imam Ghazali Institute, surah ini tergolong Makki, menekankan kepastian Hari Kiamat, penggolongan manusia menjadi tiga golongan (terdepan, kanan, kiri), dan kaitan langsung penciptaan alam sebagai bukti kekuasaan Ilahi.
Ayat-ayatnya memuat gambaran tentang derajat pahala, siksaan, serta fungsi Allah dalam menyediakan rezeki. Dengan demikian, surah ini meneguhkan iman sekaligus mengingatkan manusia akan keadilan Ilahi.
Nama "Al-Waqi'ah" sendiri berasal dari kata yang berarti "peristiwa yang pasti terjadi", merujuk pada hari kiamat yang tidak dapat dihindarkan oleh siapa pun.
Tafsir surah Al-Waqi'ah menjelaskan bahwa ayat-ayat awal menggambarkan kegoncangan dahsyat yang akan terjadi pada hari kiamat. Melansir dari Tafsir Ibnu Katsir, peristiwa tersebut akan mengubah tatanan alam semesta secara total, di mana gunung-gunung akan hancur menjadi debu yang beterbangan.
Kejadian ini akan memisahkan manusia menjadi tiga kelompok berdasarkan amal perbuatan mereka selama hidup di dunia. Golongan pertama adalah As-Sabiqun (orang-orang yang terdepan), yaitu para nabi, rasul, dan orang-orang yang paling bertakwa. Mereka akan mendapat kedudukan tertinggi di sisi Allah dan menikmati surga dengan segala kemuliaannya.
Golongan kedua adalah Ashab Al-Yamin (golongan kanan), yaitu orang-orang beriman yang melakukan amal saleh namun tidak mencapai derajat tertinggi seperti golongan pertama. Melansir dari Tafsir Al-Azhar karya Hamka, mereka tetap akan masuk surga dan menikmati berbagai kenikmatan yang telah Allah sediakan, meski tidak semulia golongan pertama.
Sementara golongan ketiga adalah Ashab Asy-Syimal (golongan kiri), yaitu orang-orang kafir dan durhaka yang akan menerima siksa neraka. Penggambaran kondisi mereka di neraka sangat mengerikan, mulai dari memakan pohon zaqqum hingga meminum air mendidih yang tidak pernah memuaskan dahaga.
Bagian tengah surah Al-Waqi'ah mengandung argumentasi logis tentang kekuasaan Allah dalam penciptaan. Melansir dari Tafsir Al-Maraghi karya Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Allah menantang manusia dengan serangkaian pertanyaan retoris tentang penciptaan nutfah (air mani), tumbuhan, air hujan, dan api.
Semua pertanyaan ini bertujuan membuktikan bahwa hanya Allah yang memiliki kekuasaan mutlak dalam menciptakan dan mengatur alam semesta. Argumentasi ini sekaligus mematahkan keraguan orang-orang kafir tentang kemungkinan kebangkitan di akhirat, karena Allah yang mampu menciptakan mereka dari ketiadaan tentu mampu menghidupkan mereka kembali setelah mati.
Cara Meneladani Surah Al-Waqi'ah
Surah Al-Waqi'ah memberikan pelajaran berharga tentang cara menjalani kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam. Melansir dari Jurnal Studi Al-Quran dan Hadis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, penelitian lapangan di Pesantren Mazro'atul Lughoh (Ar Rosyad, Desember 2023) mengkaji tradisi membaca Surah al Waqi'ah secara rutin sebagai bagian dari pendekatan Living Qur'an.
Temuan menyatakan bahwa, secara objektif dan ekspresif, tradisi ini memberikan ketenangan hati, memudahkan pemecahan masalah, serta dianggap mendorong keberkahan rezeki. Secara dokumenter, kebiasaan ini mengokohkan kedisiplinan spiritual santri dalam menjalin hubungannya dengan Tuhan dan sesama.
Berbagai platform menulis tentang keutamaan Surah al Waqi'ah, seperti Noor Institute dan e Hoopoe (2023–2025), menyebutnya sebagai "surah kekayaan" yang mencegah kemiskinan dan membawa rezeki berkah. Namun sejumlah narasi itu mengandalkan hadis lemah atau dha'if, dan bahkan terdapat penelitian rigor dari Samarah yang menegaskan bahwa sebagian besar klaim populer tidak berpijak pada sanad kuat.
Meneladani surah Al-Waqi'ah bukan hanya sekedar membacanya secara rutin, tetapi lebih kepada mengamalkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Melansir dari Tafsir Tematik Al-Quran karya Tim Kementerian Agama RI, surah ini mengajarkan pentingnya mempersiapkan bekal akhirat melalui amal saleh dan ketakwaan. Setiap Muslim hendaknya merefleksikan isi surah ini dalam kehidupan sehari-hari agar dapat masuk ke dalam golongan yang mendapat keselamatan di akhirat kelak.
9 Cara Meneladani Surah Al-Waqi'ah:
1. Memperkuat Keyakinan tentang Hari Kiamat
Memahami bahwa hari kiamat adalah kepastian yang tidak dapat dihindari dan mempersiapkan diri dengan amal saleh sejak dini.
2. Berlomba dalam Kebaikan untuk Masuk Golongan Terdepan
Berusaha menjadi bagian dari As-Sabiqun dengan meningkatkan ibadah, akhlak, dan kontribusi positif kepada masyarakat.
3. Menjalankan Ibadah dengan Konsisten
Melaksanakan shalat lima waktu, puasa, zakat, dan ibadah lainnya secara istiqamah untuk masuk golongan kanan.
4. Menjauhi Kemewahan yang Berlebihan
Belajar dari nasib golongan kiri yang dahulu hidup bermewah namun lupa kepada Allah dan akhirnya mendapat siksa.
5. Merenungkan Ciptaan Allah sebagai Bukti Kekuasaan-Nya
Mengambil pelajaran dari penciptaan manusia, tumbuhan, air, dan api sebagai dalil keesaan dan kekuasaan Allah.
6. Bersyukur atas Nikmat yang Diberikan Allah
Menyadari bahwa semua yang kita miliki berasal dari Allah dan senantiasa bersyukur atas pemberian-Nya.
7. Memuliakan Al-Quran sebagai Kitab Suci
Membaca, memahami, dan mengamalkan ajaran Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh penghormatan.
8. Bertasbih dan Berdzikir kepada Allah
Memperbanyak dzikir dan tasbih sebagaimana perintah di akhir surah untuk senantiasa mengingat kebesaran Allah.
9. Mempersiapkan Diri Menghadapi Kematian
Senantiasa bersiap menghadapi ajal dengan amal saleh agar termasuk dalam golongan yang mendapat keselamatan.
FAQ
1. Apa makna nama surah Al-Waqi'ah dan mengapa dinamakan demikian?
Surah Al-Waqi'ah berarti "peristiwa yang pasti terjadi" yang merujuk pada hari kiamat. Melansir dari Tafsir Al-Qur'an Al-Azim karya Ibnu Katsir, nama ini diambil dari ayat pertama yang menyebutkan "Idza waqa'atil waqi'ah" (apabila terjadi peristiwa tersebut). Penamaan ini menekankan kepastian terjadinya hari kiamat yang tidak dapat diragukan lagi.
2. Berapa jumlah ayat dalam surah Al-Waqi'ah dan kapan diturunkan?
Surah Al-Waqi'ah terdiri dari 96 ayat dan termasuk golongan surah Makkiyah yang diturunkan sebelum hijrah. Melansir dari Mushaf Al-Quran Kementerian Agama RI, surah ini diturunkan pada periode Makkah untuk meneguhkan aqidah umat Islam tentang hari akhir dan memperingatkan orang-orang kafir tentang balasan yang akan mereka terima.
Menurut surah Al-Waqi'ah, manusia dibagi menjadi tiga golongan yaitu As-Sabiqun (golongan terdepan), Ashab Al-Yamin (golongan kanan), dan Ashab Asy-Syimal (golongan kiri). Melansir dari Tafsir Al-Mishbah karya M. Quraish Shihab, golongan terdepan adalah para nabi dan orang-orang yang paling bertakwa, golongan kanan adalah orang-orang beriman yang beramal saleh, sedangkan golongan kiri adalah orang-orang kafir dan durhaka.
4. Apa hikmah membaca surah Al-Waqi'ah secara rutin?
Membaca surah Al-Waqi'ah secara rutin dapat meningkatkan kesadaran tentang akhirat dan memperkuat motivasi beramal saleh. Melansir dari penelitian Living Qur'an di Pesantren Mazro'atul Lughoh, kebiasaan membaca surah ini memberikan ketenangan hati dan mengokohkan kedisiplinan spiritual. Namun perlu diingat bahwa manfaat utama terletak pada pemahaman dan pengamalan isinya, bukan hanya sekedar pembacaan.
5. Bagaimana surah Al-Waqi'ah menjelaskan bukti kekuasaan Allah?
Surah Al-Waqi'ah menyajikan bukti kekuasaan Allah melalui pertanyaan retoris tentang penciptaan manusia, tumbuhan, air hujan, dan api. Melansir dari Tafsir Fi Zhilal Al-Quran karya Sayyid Quthb, argumentasi ini bertujuan membuktikan bahwa hanya Allah yang memiliki kekuasaan mutlak dalam menciptakan dan mengatur alam semesta, sehingga Dia juga mampu membangkitkan manusia di hari kiamat.
6. Apakah benar surah Al-Waqi'ah dapat mendatangkan rezeki?
Klaim bahwa surah Al-Waqi'ah dapat mendatangkan rezeki banyak beredar di masyarakat, namun perlu diteliti secara kritis. Melansir dari penelitian Samer N.A. Samarah dari USIM, sebagian besar klaim populer tentang keutamaan surah ini tidak berpijak pada hadis yang shahih. Yang lebih penting adalah memahami pesan moral surah Al-Waqi'ah tentang pentingnya beramal saleh dan bertakwa kepada Allah sebagai jalan memperoleh keberkahan hidup.
7. Bagaimana cara mengamalkan ajaran surah Al-Waqi'ah dalam kehidupan sehari-hari?
Mengamalkan ajaran surah Al-Waqi'ah dapat dilakukan dengan memperkuat keyakinan tentang hari kiamat, berlomba dalam kebaikan, menjalankan ibadah secara konsisten, dan menjauhi kemewahan berlebihan. Melansir dari Tafsir Tematik Kementerian Agama RI, yang terpenting adalah merefleksikan nilai-nilai dalam surah ini untuk mempersiapkan bekal akhirat melalui amal saleh dan ketakwaan kepada Allah SWT.